1. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen berasal dari bahasa
Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan
mengatur." Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.
1.1.
Latar
Belakang kebutuhan Manajemen
Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak
kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa
ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang
selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada
seseorang tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang
merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya,
memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu
guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Pembangunan piramida ini tak mungkin
terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan
menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik
manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan
perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan
melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi moderen saat ini.
Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang
kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke
kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan yang dikembangkan
oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang
Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya,
manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem
akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Daniel
Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu :
a. Pemikiran Awal Manajemen
Sebelum
abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa
pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of
Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan
diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu
perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan
menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa
dengan sepuluh orang masing-masing melakukan pekerjaan khusus perusahaan peniti
dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika
setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah
sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith
menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu
yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan
lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa
penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin,
menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi
dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik."
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang
dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari,
dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
b. Era Manajemen Ilmiah
Era ini
ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur
seperti Henry
Towne, Frederick Winslow
Taylor, Frederick
A. Halsey, dan Harrington
Emerson. Manajemen
ilmiah
dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles of
Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen
ilmiah sebagai "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen
Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori
manajemen moderen.
Perkembangan
manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah bekerja
bersama Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas ide bahwa seharusnya seorang
mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious
) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang
disebut sebagai Gantt
chart yang
digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan. Sementara itu, pasangan
suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion, sebuah alat yang
dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu
yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini digunakan
untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.
Era ini
juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa
yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk
praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu
kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga
mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan
nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan
penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe
ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang
dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas,
peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal.
Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak
ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud
menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat
dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan
ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari
teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "manajemen
sains", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam
manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan
salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep
Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman
dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
c. Era Manusia Sosial
Era
manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school)
dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak
mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthrone.
Eksperimen
Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik
Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini
awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu
terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata
insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih
sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan
kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti
menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu
utama perilaku kerja individu.
Kontribusi
lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang
mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal
setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924.
Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai
cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah
untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan
individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi
harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian,
manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan
lawan.
Pada tahun
1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the
Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk
merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara
motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi
"efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat
terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang
menjadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal,
sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan
pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan
teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan
hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.
d. Era Moderen
Era
moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas
total (total
quality management TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru
manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and
Joseph Juran (lahir 1904).
Deming,
orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di
Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan
berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan
kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat
bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya
biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang
lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa
pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4)
profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5)
jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk
meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi
kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan
karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Dari
teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan,
kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih
satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian
dianalisis, kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.
1.2.
Definisi Manajemen
Secara Etimologis, Manajemen berasal dari bahasa
Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur.
Secara umum manajemen juga dipandang sebagai sebuah
disiplin ilmu yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan
organisasi melalui upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik
organisasi.
Menurut Para Ahli :
Menurut
G.R. Terry
Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksudmaksud yang nyata.
Menurut
Hilman
Manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut
Ricky W. Griffin
Manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Menurut
Drs. Oey Liang Lee
Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut William H. Newman
Manajemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang
lain.
Menurut
Renville Siagian
Manajemen
adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa pelayanan dan dikelola
oleh para tenaga ahli terlatih serta berpengalaman.
Menurut
Prof. Eiji Ogawa
Manajemen
adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan
termasuk sistem pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan
terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat
disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Menurut
Federick Winslow Taylor
Manajemen
adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan
yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap sistem
kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan
alat-alat perumusan.
Menurut
Henry Fayol
Manajemen
mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang, mengorganisasi,
memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Lyndak
F. Urwick
Manajemen
adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-nizing (perencanaan
Pengorganisiran), Commanding
(memerintahklan), Coordinating
(pengkoordinasian) dan Controlling
(pengontrolan).
1.3.
Manajemen Sebagai Seni dan Ilmu
Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, mengapa
disebut demikian, sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah
diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan
tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diujudkan
dalam bentuk suatu teori. Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang
bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kkerja sama dengan orang lain,
nah bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada
hakekatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk
mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
1.4.
Manajemen
Sebagai Profesi
Dizaman modern ini semua jenis
kegiatan selalu harus dimanajemeni, dalam arti aturan yang jelas. Pada saat ini
boleh di katakan bahwa bidang manajemen sudah merupakan suatu profesi bagi
ahlinya. Mengapa demikian, karena dalam kegiatan apapun pekerjaan harus
dikerjakan secara efisien dan efektif, sehingga di peroleh masukan atau input
yang besar. Edgar H schein dalam bukunya yang berjudul "organization socialization and the
profession of management" menguraikan karakteristik atau kiteria
sesuatu bisa dijadikan suatu profesi yaitu :
- Para professional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam situasi dan lingkungan. Hal ini banyak ditunjang dengan banyaknya pendidikan-pendidikan yang tujuannya mendidik siswanya menjadi seorang professional. Misalnya akademi pendidikan profesi manajemen, kursus-kursus dan program-program latihan dan lain sebagainya.
- Para Professional memperoleh status dengan cara mencapai suatu standar prestasi kerja tertentu, ini tidak didasarkan pada keturunan, favoritas, suku bangsa, agama, dan kriteria-kriteria lainnya.
- Para professional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat.
Jadi
profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Demikian
halnya dengan manajemen sebagai profesi dituntut persyaratan tertentu seperti
yang telah disebutkan di atas.
2.
MANAJEMEN
DAN MANAJER
Secara umum “manajer” berarti setiap
orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya. Manajer dapat diklasifikasi dengan dua cara : menurut
tingkatan mereka dalam organisasi (rendah, menengah dan tinggi). Dan
kegiatan-kegiatan organisasi untuk mana mereka bertanggung jawab (manajer umum
dan fungsional).
2.1.
Tingkatan-Tingkatan Manajemen
·
Manejemen
lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional,
merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan
mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka
sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer
area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
·
Manajemen
tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer
lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara
keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian,
pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
·
Manajemen
puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer.
Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah
CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer),
dan CFO (Chief Financial Officer).
2.2.
Fungsi-Fungsi Yang Dilaksanakan
Manajer
Manajemen dapat
berarti ; “pencapaian tujuan
melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu”. Salah satu
klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial dibuat oleh “Henri Fayol”, dalam bukunya “General
and Industrial Management”, yang menyatakan bahwa “fungsi-fungsi utama dalam proses manajemen
adalah ; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengkordinasian (coordinating), pemberian perintah (directing)
dan pengawasan (controlling)”.
1. Perencanaan (planning), adalah :
a) pemilihan atau
penetapan tujuan-tujuan organisasi.
b) penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, system,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Rencana-rencana
dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tujuan
tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu. Disamping
itu, rencana memungkinkan ;
(1)
Organisasi bisa memperoleh dan mengikat sumberdaya-sumberdaya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan.
(2)
Para anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur terpilih.
(3)
Kemajuan dapat dimonitor dan diukur, sehingga tindakan korektif dapat
diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan.
Semua fungsi
lainnya tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain
tidak
akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan
kontinu. Sebaliknya perencanaan yang baik sangat tergantung pelaksanaan efektif
fungsi-fungsi lain.
2. Pengorganisasian (organizing), adalah :
1. Penentuan
sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. Perancangan
dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa
hal-hal tersebut ke arah tujuan.
3. Penugasan
tanggung jawab tertentu dan kemudian.
4. Pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugas-tugasnya.
Organisasi
perlu dirancang dan dikembangkan, agar dapat melaksanakan
berbagai program secara sukses, dalam rangka mencapai tujuan dan
rencana yang telah ditetapkan. Manajer perlu mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan
dan kemudian memimpin tipe organisasi yang sesuai dengan tujuan, rencana dan
program yang telah ditetapkan.
3. Penyusunan Personalia (staffing), adalah :
penarikan (recruitmen), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan
pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan
produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen
menentukan persyaratan-persyaratan mental, fisik, dan emosional untuk
posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan kemudian
menarik karyawan yang diperlukan dengan karakteristik personalia tertentu,
antara lain; keahlian, pendidikan, umur, latihan dan pengalaman. Fungsi ini
mencakup kegiatan-kegiatan seperti pembuatan system penggajian untuk
pelaksanaan kerja yang efektif, penilaian karyawan untuk promosi, latihan dan
pengembangan karyawan.
4. Pengarahan (leading), adalah :
membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan,
dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas,
gaya, dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti,
komunikasi, motivasi, dan disiplin. Fungsi
leading, sering disebut; directing, motivating, actuating, dan
lain sebagainya. Kegiatan pengarahan langsung menyangkut orang-orang
dalam organisasi.
5. Pengawasan (controlling), adalah :
penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana
telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pengawasan positif adalah; mencoba untuk mengetahui apakah tujuan
organisasi dicapai dengan efisien dan efektif, sedangkan pengawasan negatif adalah; mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang
tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terulang kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup
unsur-unsur ;
1.
penetapan standar pelaksanaan
2.
penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
3.
pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkannya dengan standar yang ditetapkan
4.
pengambilan tindakan koreksi yang
diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Semua fungsi-fungsi manajemen harus dilaksanakan oleh manajer kapan saja
dan dimana saja kelompok-kelompok diorganisasi, walaupun ada perbedaan tekanan
untuk tipe organisasi, jabatan fungsional, dan tingkatan manajemen yang
berbeda.
2.3.
Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan
Manajer
Manajer melaksanakan
fungsi-fungsi organisasi yaitu ; membuat rencana, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi
kegiatan-kegiatan organisasi, yang dilakukan, dalam bentuk kegiatan-kegiatan
yang saling tergantung, saling berinteraksi dan saling berhubungan, dari
penetapan tujuan sampai pengawasan.
Manajer adalah perencana,
pengorganisasi, pemimpin atau pengarah dan pengawas. Dalam
kenyataannya, setiap manajer mengambil peranan yang lebih luas untuk
menggerakkan organisasi menuju sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Tugas-tugas penting yang dilaksanakan oleh manajer
adalah ;
1)
Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Mencakup
bawahan, atasan, manajer-manajer lainnya dalam organisasi dan individu-individu
dari luar organisasi ; pelanggan (konsumen), pemasok(supplier), serikat
karyawan, pejabat dan karyawan-karyawan kantor pemerintahan dan sebagainya.
2)
Manajer
memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan
menetapkan prioritas-prioritas. Karena berbagai sumberdaya yang
dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan selalu terbatas, manajer harus
menjaga keseimbangan diantara berbagai tujuan dan kebutuhan organisasi.
3)
Manajer
bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Para manajer
ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara sukses, dan
biasanya dievaluasi, selanjutnya manajer juga bertanggung jawab atas kesuksesan
atau kegagalan kegiatan-kegiatan para bawahan.
4)
Manajer
harus berfikir secara analitis dan konseptual. Manajer harus
mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan tugas-tugas
lain.
5)
Manajer
adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang dan kadang-kadang
mereka saling bertentangan, untuk itu dituntut peranan manajer sebagai mediator
(penengah)
6)
Manajer
adalah seorang politisi. Manajer harus mengembangkan hubungan-hubungan baik
untuk mendapatkan dukungan atas kegiatan-kegiatan, usulan-usulan dan
keputusan-keputusannya. Setiap manajer efektif, memainkan “politik” dengan mengembangkan
jaringan kerjasama timbal balik dengan para manajer lain dalam
organisasi.
7)
Manajer
adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil
(representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan
organisasional, dan mewakili organisasi dalam berurusan dengan kontraktor, langganan,
pejabat pemerintah, atau personalia organisasi lain.
8)
Manajer
mengambil keputusan-keputusan sulit. Organisasi selalu menghadapi banyak
masalah, misalnya kesulitan finansial, masalah personalia dan sebagainya,
untuk itu manajer diharapkan dapat menemukan pemecahan berbagai masalah sulit
dan mengambil keputusan yang akurat.
2.4.
Penggunaan Waktu Manajer
Manajer
memiliki jumlah waktu yang terbatas untuk dihabiskan mengelola berbagai sumber
daya yang mereka miliki. Oleh karena itu, mereka menggunakan manajemen waktu (time management), yang mengacu pada cara
bagaiman manajer mengalokasikan waktu mereka ketika mengelola berbagai
pekerjaan. Meskipu tidak ada rumusan tunggal yang sempurna untuk menggunakan
waktu secara efisien, berikut adalah panduan-panduan yang sebaiknya diikuti:
a) Menyusun prioritas dengan tepat.
b) Menjadwalkan interval waktu yang
panjang untuk pekerjaan-pekerjaan penting.
c) Meminimalisasi gangguan.
d) Membuat tujuan-tujuan jangka pendek
e) Mendelegasikan sebagian pekerjaan
kepada karyawan.
2.5.
Keterampilan Manajer
Ketrampilan-ketrampilan
manajerial yang dibutuhkan untuk menjadi manajer yang efektif, berdasarkan
pendapat Robert Katz dalam bukunya, Skills of an Effective
Administrator, adalah :
1)
Ketrampilan konseptual (conceptual skills). Kemampuan
mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan
kegiatan organisasi.
2)
Ketrampilan kemanusiaan (human skills). Kemampuan
untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik secara individu
atau kelompok.
3)
Ketrampilan administratif (administratif skills). Ketrampilan
yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan
pengawasan.
4)
Ketrampilan teknik (technical skills). Kemampuan
untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedor-prosedur, atau teknik-teknik
dari suatu bidang tertentu, seperti; akuntansi, produksi, penjualan, permesinan
dan sebagainya.